Saturday, April 7, 2012

Tahun Ini, Pelbagai Pesawat Pesanan TNI AU Tiba
Wahyu Wening / Jurnal Nasional
Super Tucano Tahun ini sudah tiba sekitar 4-5 unit.

Jurnas.com | TAHUN 2014 ini TNI Angkatan Udara melakukan penguatan alat utama sistem senjata (alutsista) dengan mengadakan banyak pesawat. Karenanya, TNI AU memprogramkan penambahan penerbang untuk pengoperasian pesawat-pesawat yang akan datang.

"TNI AU butuh penerbang yang cukup. Perencanaan sudah kami mulai dengan menambah jumlah siswa penerbang dari 30 menjadi 40 orang," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat usai menyaksikan gladi bersih
Banyak Manfaatnya, TNI AU Akan Beli Simulator Sukhoi
ADEK BERRY / AFP
satu jam terbang Sukhoi sangat mahal.

Jurnas.com | PEMBELIAN enam pesawat Sukhoi oleh TNI Angkatan Udara akan disertai pembelian simulator. Dengan membeli simulator, para penerbang TNI AU
KSAU: Kesiapan TNI AU Lebihi 50 Persen
Wahyu Wening / Jurnal Nasional
Tujuh unit helikopter Super Puma juga telah dipesan TNI AU sejak 1998 lalu.


Jurnas.com | KEKUATAN TNI Angkatan Udara dipastikan terus mengalami peningkatan. Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, memasuki usia ke 66 tahun 9 April mendatang, kesiapan TNI AU dalam mengamankan wilayah udara Indonesia sudah melebihi 50 persen.

"Perlahan-lahan kesiapan TNI AU terus meningkat. Dari semula sekitar 30 persen, sekarang sudah lebih dari 50 persen," kata Imam di Jakarta, Sabtu (7/4). Dari data yang berhasil dihimpun Jurnal Nasional, hingga saat ini TNI AU telah memiliki 112 pesawat latih dengan 76 unit yang beroperasi.

Selain itu, sebanyak 12 unit masih dalam proses pemesanan. Untuk pesawat tempur, TNI AU memiliki 49 unit pesawat tempur yang masih beroperasi dari jumlah total 62 pesawat. Sebayak 88 unit pesawat lainnya, telah dipesan untuk memperkuat seperti 50 unit pesawat KF-X/IF-X yang merupakan kerja sama Indonesia-Korea.

Selain itu, TNI AU juga telah memesan masing-masing 16 unit T-50 Golden Eagle dam Super Tucano yang diperkirakan mulai tiba di Indonesia tahun ini.
INDUSTRI PERTAHANAN DALAM NEGERI-Senapan Serbu Pindad Kian Memikat



Senjata ibarat nyawa bagi prajurit TNI.Fungsinya sangat penting sehingga keandalan senjata mutlak diperlukan. TNI sudah mengeluarkan syarat-syarat tipe yang mesti ada dalam sebuah senjata, terutama senapan dan pistol.

PT Pindad,sebagai produsen senjata,bekerja keras memenuhi permintaan senjata TNI maupun Polri, serta pengguna lain,sesuai standar internasional dan spesifikasi yang dibutuhkan pemakai. Diawali dari senapan serbu SS1,Pindad sudah memproduksi varian-varian lain dari senjata ini.Kemudian lahir pula SS2,dengan berbagai varian juga.Setiap varian dirancang dengan spesifikasi khusus disesuaikan kebutuhan user.

Pindad pada 2008 mengembangkan SS2- V1kaliber 5,56 mm sebagai senjata yang digunakan prajurit Kostrad.Senjata berkemampuan jarak tembak 450 meter itu dimodifikasi, sehingga selain makin menarik penampilannya,juga memudahkan pengguna dalam mengoperasikannya. Pegangan jinjing di bagian atas dihilangkan,diganti picatini rail,dudukan untuk memasang teleskop berstandar internasional.Picatini rail juga dipasangkan di sisi kiri bodi.

Fungsinya untuk senter cahaya maupun senter bidik. Bagian popor juga dimodifikasi tanpa menghilangkan ciri khas senapan Pindad yang dapat dilipat.Perbedaannya, ada pada model yang membuatnya bisa digeser maju mundur. Untuk pegangan depan, dipasang front gripmenyerupai pegangan belakang. Berbeda dari varian asalnya yang langsung pada laras. Sekitar 2–3 tahun setelah membuat senjata untuk Kostrad,Pindad kembali mengembangkan SS2-V5 kaliber 5,56 mm.

Secara umum,bentuk pengembangannya sama dengan yang terjadi pada SS1- V1.“Kalau ini untuk Brimob,” kata pegawai Divisi Senjata PT Pindad,Hera,di stan pameran PT Pindad pada APSDEX 2012 di Jakarta, Jumat (23/3). Hera yang memiliki spesialisasi




Sertu Ade Kusnadi, prajurit Kopassus di balik pembutan prototype rantis baru untuk TNI di Karawang, Jawa Barat. Foto : Thomas Kukuh/ JAWA POS
Tidak banyak prajurit TNI yang memiliki kemampuan seperti Sertu Ade Kusnadi. Dia membuktikan bahwa seorang bintara juga bisa membuat karya fenomenal di luar medan perang.