Saturday, April 28, 2012

DAHLAN ISKAN - Siapa di belakang sepak terjang dia…?

Large_dahlan-tol


Tidak ada pejabat yang begi­tu menarik perhatian pub­lik sekarang ini, kecuali sosok Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Indikatornya gampang. Berita menyangkut mantan CEO Jawa Pos Group hampir pasti menjadi trend­ing topic, most popular, most vie­wed, atau yang terheboh di media online.
Jejaring sosial pun memberi bukti. Hanya dalam hitungan hari—dia tercatat menjadi pen­duduk twitter per 12 April 2012 dengan akun @iskan_dahlan— pengikut (followers) Dahlan sudah tercatat 51.311 orang.
Jumlah yang masih puluhan ribu itu memang jauh di bawah Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring yang sudah memiliki umat 358.505 orang. Namun, saya kok yakin, dalam hitungan hari, followers Dahlan mampu melewati rekor Tifatul.
Pertanyaannya, kenapa sih lelaki kelahiran Magetan, 17 Agustus 1951 itu begitu menjadi perhatian publik?
Jawabannya tentu beragam, bergantung pada sudut pandang mana orang menilai. Namun, kenyataan bahwa publik rindu akan pejabat yang mampu bertindak cepat, to the point, dan memberikan solusi agaknya menjadi salah satu faktor yang memengaruhi alam bawah sadar masyarakat.
Atraksi terakhir Dahlan adalah ketika kemarin dia berpanas-panas turun langsung menjual e­Toll Card, kartu prabayar Bank Mandiri dan bisa digunakan untuk bayar tol, di pintu tol Cililitan, Jakarta Timur.
Tak tanggung-­tanggung, dalam aksinya sebagai sales itu, Dahlan ditemani oleh jajaran direksi PT Bank Mandiri Tbk, a.l. Direktur Utama Zulkifli Zaini, Wakil Direktur Utama Riswinandi, dan Direktur Budi Gunadi Sadikin.
Terlihat juga Direktur Utama Jasa Marga Tbk, BUMN pengelola jalan tol, Adityawarman.
Jalan tol saat ini memang kerap dikait­kaitkan dengan Dahlan.
Aksinya melempar kursi petugas dan menggratiskan tol di pintu Semanggi pada 20 Maret langsung menjadi topik pembicaraan.
Para penduduk jejaring sosial pun memberikan applaus berkepanjang­an terhadap atraksi Dahlan itu.
Sekitar 3 pekan kemudian, Dahlan lagi-­lagi berurusan dengan pintu tol. Dengan alasan yang sama ketika beraksi di Semanggi yaitu macet, Dahlan menggratiskan ken­daraan di pintu tol Ancol Barat.
Namun, apa lacur, pintu Ancol Barat itu bukanlah ruas yang dikelola oleh PT Jasa Marga Tbk.
Pengelola ruas tol tersebut adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) Tbk. Memang, Jasa Marga memiliki saham di CMNP tetapi jumlahnya tidak lebih dari 5%.
Dengan begitu, Dahlan tidak memiliki wewenang untuk `memarahi' CMNP seperti ketika dia melempar kursi di pintu tol Semanggi yang memang dikelola oleh Jasa Marga pada awal Maret.
Kali itu Dahlan `salah kamar'. Dahlan pun secara resmi meminta maaf kepada CMNP sebagai pengelola ruas tol tersebut atas aksinya itu.
Mantan wartawan itu memang orang yang to the point baik dari sisi lantang bicara maupun tindakan. Singkatnya, dia tak suka bertele-tele apalagi terjebak pada rantai birokrasi.
Pada 21 Februari, Dahlan bersuara keras tentang rencana pembubaran Pertamina Energy Trading Ltd karena dianggap telah mengganggu citra perusahaan induknya, PT Pertamina, karena muncul tudingan penyelewengan tender.
Namun, tidak sampai 2 pekan, Dahlan seperti berbalik arah. Dia justru menyetujui usulan Pertamina untuk tidak membubarkan Petral.
Terobosan Dahlan yang juga mendapatkan perhatian adalah ketika dia menunjuk Megananda, mantan Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN, sebagai direktur utama induk usaha (holding) BUMN sektor perkebunan.
Langkah cepat Dahlan tidak selamanya mendapat dukungan. Justru sebaliknya. Dia seperti menjadi ancaman ­dengan berbagai interpretasi­ bagi orang atau kelompok tertentu.
Potong kompas
Sempat beredar kabar bahwa langkah Dahlan potong kompas menunjuk Megananda memunculkan kekurangsenangan di lingkungan Istana RI-2.
Hal itu itu pula yang mendasari munculnya hak interpelasi yang ditandatangani oleh 38 anggota DPR kepada pimpinan parlemen.
Para legislator mempermasalahkan policy Dahlan dalam mengelola kementeriannya antara lain menyangkut pendelegasian sebagian wewenangnya kepada pejabat eselon I, komisaris, dan direksi BUMN.
Dahlan menerbitkan Keputusan Menteri KEP-236/MBU/2011 tentang pendelegasian wewenang itu yang bertujuan agar direksi dan komisaris bisa cepat mengambil keputusan. Dari jumlah penandatangan interpelasi, 22 anggota parlemen itu di antaranya berasal dari Partai Golkar.
Menurut Wakil Ketua Komisi VI Aria Bima, SK tersebut membolehkan Menteri BUMN menunjuk langsung direksi perusahaan pelat merah tanpa rapat umum pemegang saham atau Tim Penilai Akhir.
Direksi yang terpilih langsung adalah direksi PT Garuda Indonesia Tbk, PT Pelni (Persero), PT RNI (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara (holding).
Ketika ditanya tentang hak interpelasi dari Senayan, Dahlan Iskan dengan intonasi yang santai berkata, “Saya terserah DPR, terserah rakyat, saya ikut saja.“
Di twitter muncul juga pertanyaan terkait dengan hal itu, “Pak, diinterpelasi DPR jadi gimana pak?“ Dahlan hanya menjawab dengan terkekeh, “hehehehehehe...“
Sebagai sosok, Dahlan Iskan memang pantas `dilihat'. Bahkan lelaki dengan hati cangkok ini disebut-sebut sebagai orang yang layak menjadi calon presiden 2014.
Terkait dengan hal itu, muncul pertanyaan bernada curiga, adakah kiprah Menteri BUMN itu terkait dengan Pemilihan Presiden 2014?
Dahlan pun berulang kali menanggapi dengan gamblang sindiran itu.
“Jangan tanya saya dengan pertanyaan seperti itu, karena itu akan mengganggu kerja saya saat ini,“ begitu Dahlan sering menjelaskan.
Melihat keberanian seorang Dahlan `menabrak' sana-sini, wajar muncul pertanyaan kok Pak Dis, panggilannya ketika masih menakhodai Jawa Pos Group dari singkatan dari Dahlan Iskan, begitu berani ya?
Padahal, Dahlan nihil cantolan politik sehingga jabatannya rentan untuk dicopot atau dipaksa mundur. Namun saya ingat Dahlan pernah berbicara tentang syukur.
“Saya akan selalu ingat pendapat intelektual muslim Nurcholish Madjid [alm] bahwa bentuk rasa syukur terbaik adalah kerja keras untuk kebaikan,“ kata Dahlan memaknai anugerah kehidupan keduanya setelah cangkok hati.
Mudah-mudahan teruslah seperti itu ya Pak Dis. Kalau ternyata ada kepentingan lain selain kepentingan rakyat di balik sepak terjang Anda, hmmm, maaf kalau akhirnya saya berkesimpulan, “Dahlan Iskan gak ada bedanya sama yang laen.“ (sut/eries.adlin@bisnis.co.id)

Sumber : Bisnis

0 comments:

Post a Comment