MENTERI BUMN: Berpikir out of the box a la Dahlan Iskan
Semula logo Pupuk Sriwidjaja (Pusri) menyerupai perisai dengan gambar kapal pada bagian atas dan tulisan ‘Pupuk Urea Palembang-Indonesia‘ pada bagian bawahnya. Tak ketinggalan, seperti lazimnya logo yang dibuat di era Orde Baru, terdapat gambar padi dan kapas yang melambangkan kesejahteraan sosial. Pada bagian paling atas tercantum nama ‘Pusri’ dengan huruf kapital.
Logo ini sekarang berubah dengan bentuk dasar yang terinspirasi dari molekul atom seperti yang terkandung dalam senyawa pupuk. Pada bagian samping tertulis ‘PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), nama baru pengganti PT Pupuk Sriwidjaja.
Dengan pembentukan holding pupuk ini, maka mulai 1 Mei hanya ada satu merek pupuk urea bersubsidi yakni Pupuk Indonesia, yang secara perlahan akan mengikis fanatisme merek tertentu di kalangan petani. Selain itu, kasus-kasus kelangkaan urea di pasar juga akan lebih mudah diatasi karena distribusinya tidak serumit sebelumnya dengan banyak merek.
Dalam hal negosiasi harga dan pasokan gas dan bakan baku lain seperti batu pospat, PIHC yang terdiri dari lima perusahaan anggota holding, memiliki posisi tawar yang semakin kuat.
Namun bukan logo dan nama baru perusahaan yang menjadi topik di sini. Juga bukan tentang manfaat dari pembentukan holding yang dibahas, melainkan esensi dari perubahan itu sendiri.
“Jika perubahan itu tidak disertai dengan perbaikan cara kerja, cara berpikir dan cara mengelola perusahaan, maka perubahan itu tidak akan bermakna apapun,” ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan saat meresmikan penggantian nama dan logo PIHC.
Menurut dia, salah satu aspek yang paling penting dalam sebuah korporasi adalah kecepatan. Kecepatan yang dimaksud Dahlan tidak hanya terkait dengan pengambilan keputusan, tetapi juga penyelesaian masalah dan respons terhadap peluang bisnis.
Sebab, katanya, lingkungan eksternal begitu dinamis dan berubah dengan cepat yang menuntut manajemen perusahaan, khususnya BUMN, untuk dapat meresponsnya secara cepat pula. Perusahaan kadang kehilangan potensi bisnis gara-gara manajemen tidak mampu merespons secara cepat peluang yang muncul dan kadang berlalu dengan tiba-tiba.
Perusahaan bisa mengalami kesulitan yang serius jika tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cepat. “Setiap masalah harus diatasi dengan cepat karena dia akan muncul lagi silih berganti,” ujarnya.
Oleh karena itu, mantan dirut PLN ini menginginkan seluruh manajemen BUMN, mampu berpikir out of the box. Sebab, cara-cara berpikir yang keluar dari ‘kebiasaan’ akan sangat membantu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dengan cepat pula.
Bertindak cepat
Dia menggaris bawahi tentang pentingnya cara berpikir out of the box karena sebagian BUMN masih terkooptasi oleh budaya birokrasi yang cenderung bertindak lambat dan tidak responsif sehingga seringkali terdengar parodi ‘kalau bisa diperlambat kenapa harus dipercepat’.
Salah satu cara berpikir out of the box yang secara eksplisit dipuji Dahlan adalah keputusan manajemen PIHC yang mengganti pembangkit listrik berbahan bakar gas dengan batu bara. Selanjutnya gas yang semula digunakan untuk menghidupkan pembangkit listrik dialihkan sebagai bahan baku produksi pupuk urea yang sangat dibutuhkan petani. “Ini adalah cara berpikir cerdas dan out of the box. Saya sangat suka.”
Selama ini, BUMN pupuk menggunakan gas untuk menghidupkan pembangkit padahal pada saat yang sama pasokan gas untuk memproduksi urea sangat terbatas.
Dari ide ini, Dahlan pun melontarkan gagasan untuk mengganti sumber bahan bakar untuk semua pembangkit milik PLN yang masih menggunakan gas dengan batu bara, sedangkan gas yang semula dipakai perusahaan listrik itu dialihkan ke BUMN pupuk untuk menghasilan urea.
Atau bisa juga BUMN pupuk membangun pembangkit batu bara, selanjutnya listrik yang dihasilkan masuk dalam jaringan PLN dan gas jatah PLN bisa di-swap ke pabrik pupuk.
Tidak berhenti di situ. Dahlan yang memang dikenal sering melontarkan gagasan-gagasan ‘tak biasa’, lantas kembali menyodorkan ide agar BUMN pupuk membeli sumur-sumur gas yang sekarang dikuasai asing.
Bagi dia, kepastian pasokan gas bagi BUMN pupuk merupakan pertaruhan antara hidup dan mati. Bahkan ini menyangkut pertaruhan hidup dan mati bangsa, karena eksistensi industri ini menentukan kemampuan negara dalam mencukupi kebutuhan pangan bagi rakyatnya.
Penguasaan sumur gas oleh industri pupuk berarti mengamankan suplai gas sejak dari hulu. “Kalau PT Pupuk Indonesia membeli sumur gas yang kuasai asing pasti saya dukung. Bank nasional pun, saya yakin juga siap membantu,” ujarnya.
Salah satu sumur yang menurutnya bisa dibeli adalah lapangan gas Kepodang, Blok Muriah di Laut Utara Jawa Tengah yang nilainya mencapai Rp30 triliun. “Untuk ini, ada dua doa yang saya panjatkan yakni semoga Tuhan memberkahi dan semoga tidak diinterpelasi,” katanya sambil tertawa. (msb)
Sumber : Bisnis
0 comments:
Post a Comment