Thursday, May 17, 2012

Inspirasi
Tanpa Kaki dan Tangan, Croizon Berenang dari PNG ke Papua

REUTERS/JACKY NAEGELEN Atlet difabel Perancis Philippe Croizon (kanan) dan Arnaud Chassery dalam konferensi pers di Radio France, Paris, tentang misi yang disebut "Swim Beyond the Borders" yakni merenangi perairan yang menghubungkan lima benua.

PASAR SKOW, KOMPAS.com - Seorang warga Perancis yang kehilangan kaki dan tangan akibat kecelakaan berhasil berenang dari Papu Nugini ke Papua, Indonesia, Kamis (17/5/2012). Ini merupakan upaya pertamanya dalam misi berenang di lima benua.


Philippe Croizon (43) menggunakan sepasang lengan prostetik yang dilengkapi sirip. Jarak 20 kilometer itu ditempuhnya dalam waktu 7,5 jam untuk berenang dari Desa Wutung, Papua Nugini, ke Pasar Skow, Provinsi Papua, Indonesia.

"Sangat berat, sangat berat," kata Croizon kepada AFP dengan napas terengah-engah sesaat setelah tiba di pantai Pasar Skow.

"Diperlukan waktu satu setengah jam lebih lama dari perkiraan karena kami harus berenang melawan arus," katanya, sementara lebih dari 100 warga setempat menyambutnya di pantai itu.

Yang pertama dari empat tantangannya untuk berenang di seluruh dunia itu, Croizon didamping perenang jarak jauh lain yang berasal dari Perancis Arnaud Chassery serta seorang warga PNG bernama Zet Tampa. Tampa bergabung dengan Croizon secara sukarela untuk menunjukkan solidaritas.

"Kami berenang perlahan karena tidak sempat berlatih," jelas Croizon.

Juru bicaranya, Robert Iseni, yang mendokumentasikan ekspediisi itu, mengatakan meskipun kegiatan itu berjalan lancar, mereka menghadapi sejumlah halangan.

"Awalnya mereka berenang melawan angin, lalu (melawan) arus kuat. Namun mereka tidak menemui halangan seperti ubur-ubur ataupun hiu," papar Iseni.

Croizon yang merenangi Terusan Inggris pada 2010 melakukan aksi merenangi perairan di seluruh dunia itu untuk menunjukkan kemampuan para penyandang difabel dan menyampaikan pesan perdamaian dan solidaritas.

Croizon kehilangan semua lengan dan kaki karena harus diamputasi setelah dia tersetrum listrik berkekuatan lebih dari 20.000 volt pada 1994 ketika hendak mencabut antena TV dari atap.

Saat menjalani proses pemulihan di rumah sakit, dia menyaksikan film dokumentasi di televisi tentang perenang lintas-terusan. Sejak itulah ambisinya lahir.

Pada Juni mendatang, dia akan berenang dari Asia ke Afrika, dengan jarak 25 kilometer dari Teluk Aqaba di Jordania ke pantai Mesir.

Bulan berikutnya, dia akan menghubungkan Eropa dengan Afrika dengan merenangi Selat Gibraltar, melalui ratusan kapal kargo dan tanker yang di perairan yang sudah kena polusi itu.

Selanjutnya, pada Agustus dia akan berenang di antara pulau-pulau Big Diomede di Rusia dan Little Diomede di Amerika Serikat secara bolak-balik sepanjang 10 kilometer. Perlu diketahui suhu perairan itu mencapai nol derajat celcius.


Sumber : Kompas

0 comments:

Post a Comment